Sabtu, 28 Mei 2011

UNSAID



Pernah gak kalian ngerasain harus mengatakan sesuatu tapi gak pernah punya waktu yang pas, atau kalian gak punya cukup keberanian untuk mengungkapkan hal tersebut?

Pernah gak kalian berjanji gak akan ngelupain suatu hal tapi pada kenyataannya kalian udah lupa sama hal tersebut?

Pernah gak kalian merubah pengalaman terburuk sepanjang hidup kalian menjadi sebuah hal yang paling berharga buat kalian di masa kini?

Pernah gak kalian merasa idup kalian bener-bener udah diujung tombak dimana sama sekali gak ada bayangan atas masa depan di otak kalian?

Pernah gak rasanya kalian pengen teriak sekeras-kerasnya sampe pingsan buat ngeluarin semua ganjelan di hati?

Pernah gak kalian ngerasa bener-bener desperate sampe mau bunuh diri?

Kalo pernah, jangan bingung. Soalnya gue juga ngerasain hal yang sama, terus-menerus dalam hidup gue. Banyak hal-hal yang seharusnya gue lakuin dan sampaikan tapi gak pernah terwujud. Banyak mimpi-mimpi yang keliatannya terlalu tinggi sampe gue bener-bener putus asa.

Tapi, gue rasa semua orang pasti pernah atau sedang atau akan melewati fase terawang-awang tersebut. Boong kalo semua orang gak pernah atau sedang atau akan mengalami hal tersebut. Itu semua adalah harga dari sebuah kehidupan.

Gue bakal ngasih kalian lirik dari sebuah lagu yang menurut gue udah ngerangkum semua hal-hal complicated diatas. Ini adalah salah satu lirik favorit gue sepanjang masa.

Lagu yang akan gue tampilin adalah sebuah lagu super keren dari sebuah band pop-punk kesukaan gue, yaitu NEW FOUND GLORY.



Let's check it:


"Truth Of My Youth"

"There was a time and place,
Where I never thought,

I'd leave my own hometown,
But those days finally,
Are dead and gone,

It was never my intention to stay there,

Oh no,


There was a conscious effort played by me,

To disown anything I see,

There was a girl I knew,

Way back when,

Who says she doesn't know me anymore,

These are the lies the things you never mention,
These are my past mistakes I'll stay away from,

These are my thoughts written down on paper,

It's my only savior,
From not saying what I want to say,
These are the thoughts that are on my mind,

Moments that haven't yet been defined,

And I don't know if you could ever understand,

These are the things I can't say when were alone.


There were countless hours on the telephone,

My ears were ringing from the dial tone,

There were flashing lights,

People staring, There was nothing I could ever do,
These are the lies the things you never mention,

These are my past mistakes I'll stay away from,


This is the truth,

The only time you'll here it,

I write it down because it seems so hard to say it,

These are my thoughts written down on paper,

It's my only savior,

From not saying what I want to say,

There are my thoughts that are on my mind,

Moments that haven't yet been defined,

And I don't know if you could ever understand,

These are the things I can't say when we're alone.
"


See, liriknya bagus banget kan?

Intinya semua hal yang lo rasain, semua yang lo rasa aneh sedikit demi sedikit bakal terurai menjadi sebuah hal yang indah untuk dikenang. Semua hal yang belom sempet lo sampein, kadang lo gak nyesel gak mengungkapkan hal tersebut.

Masalah cinta-cintaan, orang tua, buta masa depan, rasa sesal, benci, seneng, semuanya merupakan proses dari kehidupan yang super-duper normal.

Postingan kali ini gue bikin khusus buat temen-temen di luar yang merasa sendiri, merasa banyak pertanyaan-pertanyaan diotak yang gak pernah ada jawabannya, merasa gak kuat untuk ngomong hal-hal dalam otak, merasa abu-abu, gak tau mau ngapain.

Gue cuma mau bilang, kalo kita bisa melewati masa-masa itu dengan baik dan positif, semuanya bisa kita akhiri jadi sebuah bingkisan kecil kehidupan yang sederhana tapi indah untuk dikenang. Semuanya akan jadi warna warni. Buktinya, abang-abang New Found Glory bisa bikin pengalaman mereka akan masa-masa "galau" mereka jadi sebuah lagu yang keren. Jadi, just slow it down, it's the price of growing up. :)

Rabu, 18 Mei 2011

Love Sucks, Let's Party!!! (Part 1)


Oke... mungkin postingan kali ini akan sedikit norak, karena gue bakal ngebahas hal-hal yang gak jauh dari romansa dan cinta-cintaan.

EEits... jangan di close dulu! Kali ini yang gue bahas bukan sekedar cinta-cintaan ABG labil yang menggalau dan sebagainya yang sering lo denger. Cinta-cintaan yang gue bahas kali ini adalah cinta-cintaan yang bisa ngebunuh, cinta-cintaan yang berakhir tragis, cinta-cintaan yang penuh perjuangan dan mungkin pembahasan gue dibawah ini bisa jadi pelajaran buat kalian semua yang sedang "bercinta" wkwk...

Haiyaaa langsung aja ya kita bahas....

1. Sid dan Nancy


Oke, kalian pasti udah nebak bahwa mereka akan gue bahas dalam postingan ini.

Banyak yang bilang kalo Sid dan Nancy adalah versi punk dari Romeo and Juliet hahah. Tapi menururt gue, Sid dan Nancy jauuuuh banget dari figur melankoli Romeo and Juliet yang menye-menye dan inyi-minyi. Romansa Sid dan Nancy jauh dari kesan lembut dan "unyu".

Nancy merupakan seorang groupie dari sebuah band berjudul Sex Pistols yang tak lain dan tak bukan merupakan band dari Sid Vicious, kekasihnya. Mereka pertamakali bertemu di sebuah apartemen milik temannya Nancy bernama Linda. Pada awalnya Nancy berniat untuk menaklukan hati Johnny Rotten melainkan Sid, namun karena saat itu Nancy terkenal sebagai seorang Groupie yang phsyco and menjijikan, akhirnya Johnny menolak perhatian Nancy mentah-mentah. Tanpa di duga-duga, ternyata kehadiran Nancy di sekeliling band Sex Pistols ini menarik perhatian Sid. Dan pada akhirnya, walaupun Nancy gagal menaklukan Johnny, ia berhasil mengambil hari teman satu band-nya, yaitu Sid Vicious.



Hubungan Sid dan Nancy bukanlah hubungan percintaan antar cewek dan cowok kayak biasa, dimana perasaan sayang ditunjukan lewat perlakuan-perlakuan romantis. Sid lebih suka menunjukan rasa sayangnya lewat kekerasan, narkoba dan sex yang menyakitkan. Dalam posisinya sebagai groupie, nancy tidak menolak diperlakukan seperti itu. Lagipula, dirinya sudah menjadi seorang pecandu heroin sebelum ia bertemu Sid. Nancy sering menunjukan rasa sayangnya dengan menyuntikan Heroin ke tubuh Sid setiap ia sedang dilanda masalah dan stress, karena bagi Nancy hanya Heroin yang dapat membantu kekasihnya tersebut. Sehingga lama kelamaan kecanduan Sid akan heroin semakin bertambah parah.


Bukan hanya merusak hidup Sid yang sudah rusak, Nancy juga merupakan penyebab dari runtuhnya kekaisaran punk dari band Sex Pistols. Karenanya, Sid lebih mementingkan hubungan mereka daripada band-nya. Dan juga pada saat itu Nancy selalu mengiming-imingkan sebuah karir solo impian kepada Sid, sehingga ia bisa lebih membulatkan tekatnya untuk keluar dari Sex Pistols.

Setelah karir Sid hancur berantakan, Nancy mencoba untuk membangunnya kembali. Ia memcoba untuk menjadi manajer baru bagi karir solo Sid. Nancy pernah berniat untuk keluar dari kecanduan Heroin bersama Sid, namun itu cuman khayalan. Buktinya kehidupan mereka hanya tergantung pada obat-obatan terlarang itu saja.

Pada akhirnya, kisah mereka berakhir tragis. Pada sebuah pagi di tahun 1978, Nancy Spungen ditemukan tewas dengan sebuah tusukan pisau di perutnya, mayatnya ditemukan di sebuah kamar hotel di kota New York. Karena pada malam sebelumnya Sid berada bersamanya sepanjang malam dan melakukan sebuah pesta narkoba, polisi menuduhnya sebagai pembunuh Nancy. Pada akhirnya, karena putus asa dan rasa kehilangan yang tidak bisa dibendung lagi, Sid memustuskan untuk mengakhiri hidupnya. Sid Vicious meninggal pada tahun 1979 akibat overdosis.

Ia meninggalkan sebuah surat di samping mayatnya berbunyi:

We have a death pact
I have to keep half of the bargain

Please burry me

PTO

Next to my baby

Bury me in my leather jacket, Jeans and Motorcycle Boots



2. Matthew Shadows and Valary DiBenneditto


Mungkin ada beberapa dari kalian yang belum pernah mendengar kisah pasangan ini. Matthew Shadows adalah tak lain tak bukan merupakan vokalis dari sebuah band metal Avenged Sevenfold dan Valary adalah istrinya yang masih ia nikahi sampai saat ini

Matthew dan Valary sudah bersahabat sejak mereka duduk di bangku SMP. Seperti cowok remaja lainnya Matthew punya impian untuk membuat sebuah band. Beberapa kali dia mencoba untuk membangun band, tapi kerapkali ia gagal. Sampai akhirnya ketika ia duduk di bangku SMA, cowok dengan badan super keker ini masuk ke dalam sebuah band bernama Avenged Sevenfold. Karena gak mau gagal lagi, Akhirnya Matthew menekadkan dirinya untuk terus memperjuangkan band tersebut.


Pertama-tama ia dan Avenged Sevenfold berjalan di jalur indie. Mereka membayar uang sablon untuk kaos Band mereka, membayar uang transport dan lain-lainnya. Karena sudah tidak sanggup mengurus semuanya sendiri, akhirnya Matthew menawarkan jabatan Tour Manager kepada Valary yang pada saat itu masih menjadi sahabatnya. Setelah memegang jabatan tersebut, Valary menjadi selalu ada untuk Avenged Sevenfold. Bahkan ia pernah nekad mencuri uang orang tuanya untuk membiayai uang rekaman salah satu lagu mereka. Sejak saat itu, Valary mulai mencuri perhatian Matthew. Tak beberapa lama kemudian mereka mulai dikabarkan berpacaran.

Mungkin kisah cinta mereka gak seekstrim kisah Sid dan Nancy, tapi menurut gue perjuangan mereka untuk mencapai puncak itu dari nol banget. Dan pada akhirnya, mereka menikah pada tahun 2008 dan sampai sekarang masih mempunyai sebuah hubungan yang bahagia.

3. Kurt Cobain dan Courtney Love



Gue rasa ini salah satu kisah cinta yang bener-bener mendunia. Gue rasa kalian semua udah pernah denger kisah cinta dua pasangan heboh ini.

Pada awalnya, Kurt Cobain gak punya perasaan apapun kepada Courtney yang bergajulan. Sedangkan Courtney sudah mempunyai perasaan terhadap Kurt sejak pertama kali mereka bertemu di sebuah club. Pada saat itu, band Kurt bernama Nirvana dan band Courtney yang bertitel Hole merupakan dua band Grunge yang sedang naik daun. Band mereka mempunya base camp dan record studio yang berdekatan. Karena kegilaannya kepada Kurt, akhirnya semua orang mengetahui bahwa Courtney mempunyai perasaan terhadap Kurt dan hal ini tak salah lagi sudah diketahui Kurt dan teman-teman satu band-nya. Awalnya kurt hanya diam dan jual mahal, tapi setelah ia melakukan beberapa interaksi dan mengenal Courtney lebih dalam, Kurt akhirnya jatuh cinta kepada Courtney.


Kurt dan Courtney menikah pada tahun 1992. Kehidupan pernikahan mereka terbilang cukup harmonis, hanya saja keseharian mereka tidak akan jauh-jauh dari obat-obatan terlarang. Hampir setiap hari mereka melakukan pesta narkoba. Bahkan saat Courtney sedang mengandung anak mereka, mereka terus menggunakan obat-obatan terlarang tersebut. Untung saja tidak ada efek buruk pada kelahiran anak mereka.

Saat anak mereka, Frances lahir, sifat keibuan Courtney mulai tumbuh. Ia mulai mengurangi pemakaian obat-obatan terlarangnya sekuat tenaga. Namun lain dengan Kurt, ia terus mengkonsumsi obat-obatan tersebut. Courtney tidak bisa melarangnya, karena kerap kali ia juga lupa akan kehdupan barunya sebagai ibu dan menceburkan diri ke dalam dunia narkoba bersama Kurt. Walaupun demikian, Courtney selalu berusaha sekuat tenaga untuk melindungi suaminya tersebut dari bahaya overdosis dan frustasi berlebihan yang dialaminya.


Karena frustasi akan kehidupannya yang begitu berantakan dan suram, Kurt Cobain takut ia akan merusak masa depan anaknya, dan ia takut anaknya akan malu mempunyai ayah seperti dirinya. Menurutnya, kehidupan orang-orang yang ia cintai akan lebih baik tanpa dirinya. Akhirnya tahun 1994, Kurt Cobain meutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Sebuah sebuah senapan ia menembak kepalanya dan tewas seketika. Courtney mengalami depresi berat, selama beberapa tahun ia vakum dari dunia musik. Semua orang menyalahkannya atas kematian Kurt, dan karena hal itu ia menyalahkan Kurt atas penderitaannya.

Kurt meninggalkan kekasihnya tersebut dengan selembar surat dan kata-kata terakhir berikut:

"To Boddah

Speaking from the tongue of an experienced simpleton who obviously would rather be an emasculated, infantile complain-ee. This note should be pretty easy to understand.

All the warnings from the punk rock 101 courses over the years, since my first introduction to the, shall we say, ethics involved with independence and the embracement of your community has proven to be very true. I haven't felt the excitement of listening to as well as creating music along with reading and writing for too many years now. I feel guity beyond words about these things.

For example when we're back stage and the lights go out and the manic roar of the crowds begins., it doesn't affect me the way in which it did for Freddie Mercury, who seemed to love, relish in the the love and adoration from the crowd which is something I totally admire and envy. The fact is, I can't fool you, any one of you. It simply isn't fair to you or me. The worst crime I can think of would be to rip people off by faking it and pretending as if I'm having 100% fun. Sometimes I feel as if I should have a punch-in time clock before I walk out on stage. I've tried everything within my power to appreciate it (and I do,God, believe me I do, but it's not enough). I appreciate the fact that I and we have affected and entertained a lot of people. It must be one of those narcissists who only appreciate things when they're gone. I'm too sensitive. I need to be slightly numb in order to regain the enthusiasms I once had as a child.

On our last 3 tours, I've had a much better appreciation for all the people I've known personally, and as fans of our music, but I still can't get over the frustration, the guilt and empathy I have for everyone. There's good in all of us and I think I simply love people too much, so much that it makes me feel too fucking sad. The sad little, sensitive, unappreciative, Pisces, Jesus man. Why don't you just enjoy it? I don't know!

I have a goddess of a wife who sweats ambition and empathy and a daughter who reminds me too much of what i used to be, full of love and joy, kissing every person she meets because everyone is good and will do her no harm. And that terrifies me to the point to where I can barely function. I can't stand the thought of Frances becoming the miserable, self-destructive, death rocker that I've become.

I have it good, very good, and I'm grateful, but since the age of seven, I've become hateful towards all humans in general. Only because it seems so easy for people to get along that have empathy. Only because I love and feel sorry for people too much I guess.

Thank you all from the pit of my burning, nauseous stomach for your letters and concern during the past years. I'm too much of an erratic, moody baby! I don't have the passion anymore, and so remember, it's better to burn out than to fade away.

Peace, love, empathy.
Kurt Cobain

Frances and Courtney, I'll be at your alter.
Please keep going Courtney, for Frances.
For her life, which will be so much happier without me.

I LOVE YOU, I LOVE YOU!"


Yap, ini baru part 1, masih banyak lagi pasangan-pasangan yang akan gue bahas. Stay on page buddies!

BONUS:

Tulisan tangan Sid untuk Nancy beberapa bulan sebelum Nancy tewas:


Surat terakhir Kurt Cobain:

Rabu, 04 Mei 2011

A Junk-Flick: Trainspotting

Jadi gini ceritanya:
Pada suatu hari gue lagi nongkrong di sebuah pusat perbelanjaan heboh nan gahul bernama ITC DEPOK. Saat itu gue lagi menikmati sepiring batagor sama temen gue. Satu temen gue lagi, Wanda, tiba-tiba ilang, katanya di amau "hunting" DVD(bajakan). Beberapa saat kemudian, di balik dengan kantong plastik warna item penuh DVD(bajakan). Tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah kemasan DVD(bajakan) dan memperlihatkan gue DVD tersebut.

Gue: "Apaan tuh, Nda?"
Wanda: "Pilem keren neh!"
Gue: "Tentang apaan, be?"
Wanda: "Junkie junkie gitu deh. Tentang pemake. Filem lama nih."
Gue: "Wiw" (Merhatiin covernya)
Wanda: "Knape?"
Gue: "Abis lo nonton, gue minjem yak."
Wanda: "Okeh"

Abis itu kita berpisah gara-gara harus les bahas Inggris.

Dan beberapa hari kemudian, Wanda menepati janjinya dan minjemin gue DVD(bajakan) tersebut. Dan kata dia film-nya "super-seksi". Dan gue gak heran, soalnya Wanda emang terobsesi sama om-om seksi (Sebenernya gue juga). Langsung aja deh gue tonton tuh film pas sampe rumah.

Dan tanpa di duga-duga, film ini emang keren banget. Gue gak pernah bosen nonton film ini. Gue sangat amat merekomendasikan film ini buat kalian tonton.



Film ini bercerita tentang kehidupan kaum Junkie atau Pemakai Narkoba di kota Leith, Scotlandia. Pemeran utama film ini adalah seorang cowok berambut merah, cungkring dan lumayan seksi bernama Mark Renton. Di dalam film ini dia sering dipanggil dengan sebutan "Rent Boy". Dari awal film udah di ceritakan bahwa si Renton ini mempunyai niat untuk berhenti memakai obat-obatan terlarang. Namun godaan demi godaan terus menghadang niatnya baiknya tersebut. Bukan hanya kisah Renton yang disorot di film ini, beberapa teman satu geng Renton juga diceritakan. Tokoh-tokoh bergajulan seperti Sick Boy, Si Phsyco Begbie, pacar si Renton yang baru berumur 14 taun Diane, Spud yang culun tapi keren dan yang paling tragis adalah Tommy yang kena AIDS gara-gara nyoba make narkoba. Dalam film ini, unsur-unsur persahabatan sangat terasa. Yang bikin gue bener-bener suka sama film ini adalah, dimana suasana suram dan gelap kehidupan Junkie bisa dikemas secara ringan dan kocak, tapi tetep bisa bikin mata berkaca-kaca dan jantungberdebar-debar. Apalagi pas bayi hasil hubungan Sick Boy dan seorang cewek di geng mereka mati. Itu miris banget. Dan yang paling bikin gue sedih adalah pas Tommy kena AIDS. Pokonya kalian gak akan nyangka film bergajulan kayak gini bisa bikin gue berkaca-kaca dan ketawa di saat yang sama.

Dan ternyata, film ini dibuat berdasarkan sebuah Novel karangan seorang pengarang Skotlandia bernama Irvine Welsh. Dan setelah gue cari-cari, akhirnya gue nemu juga novelnya. Emang sih, ceritanya agak berbeda dengan di film, tapi tetep aja bikin gue ngakak dan terharu di saat yang bersamaan.

Trainspotting memang merupakan film tentang kehidupan para Junkie, dan mungkin kalian bakal mikir ini adalah film kotor dengan sumpah serapah dan beberapa adegan "asoy" yang mungkin gak akan ada nilai moralnya. Tapi Trainspotting lebih dari sebuah kisah kehidupan gelap anak manusia. Film ini mengajarkan gue bahwa hidup itu adalah sebuah pilihan. Seperti Renton yang memilih untuk berusaha keluar dari dunia narkoba, dan seperti Tommy yang malah milih buat nyoba Narkoba. Dan terkadang pilihan kita itu bukanlah pilihanyang benar, tapi semua pilihan itulah yang akan kita ceritakan kepada orang-orang. Entah kelak akan dikemas dengan rasa sesal, ataupun dengan rasa puas. Yang jelas kehidupan itu gak akan pernah berjalan lurus-lurus aja. Ada saat dimana kita pengen nyoba sesuatu yang baru, ada saat kita pengen berubah, tapi perubahan itu susah banget. Dan di saat kita harus belajar untuk menerima akibat dari pilihan yang kita ambil.

Yah, jadi begitulah pendapat gue tentang film super keren ini. Gue saranin kalian buat nonton film ini secepatnya, ato gak, baca aja novelnya. Kaliangak akan nyesel. hehehhe....







beberapa quote dari Film Trainspotting:

- "Choose life. Choose a job. Choose a career. Choose a family. Choose a fucking big television, Choose washing machines, cars, compact disc players, and electrical tin openers. Choose good health, low cholesterol and dental insurance. Choose fixed- interest mortgage repayments. Choose a starter home. Choose your friends. Choose leisure wear and matching luggage. Choose a three piece suite on hire purchase in a range of fucking fabrics. Choose DIY and wondering who you are on a Sunday morning. Choose sitting on that couch watching mind-numbing sprit- crushing game shows, stuffing fucking junk food into your mouth. Choose rotting away at the end of it all, pishing you last in a miserable home, nothing more than an embarrassment to the selfish, fucked-up brats you have spawned to replace yourself. Choose your future. Choose life... But why would I want to do a thing like that? Any reason? Why do i need a reason if i got heroin?"


- "TOMMY: Doesn't it make you proud to be Scottish?


RENTON: I hate being Scottish. We're the lowest of the fucking low, the scum of the earth, the most wretched, servile, miserable, pathetic trash that was ever shat into civilization. Some people hate the English, but I don't. They're just wankers. We, on the other hand, are colonized by wankers. We can't even pick a decent culture to be colonized by. We are ruled by effete arseholes. It's a shite state of affairs and all the fresh air in the world will not make any fucking difference"

- "So why did I do it? I could offer a million answers, all false. The truth is that I'm a bad person, but that's going to change, I'm going to change. This is the last of this sort of thing. I'm cleaning up and I'm moving on, going straight and choosing life. I'm looking forward to it already. I'm going to be just like you: the job, the family, the fucking big television, the washing machine, the car, the compact disc and electrical tin opener, good health, low cholesterol, dental insurance, mortgage, starter home, leisurewear, luggage, three-piece suite, DIY, game shows, junk food, children, walks in the park, nine to five, good at golf, washing the car, choice of sweaters, family Christmas, indexed pension, tax exemption, clearing the gutters, getting by, looking ahead, to the day you die."