
Oke gue cuman mau curhat. Terserah mau baca ato enggak.
Akhir-akhir ini gue lagi agak error. Hem. Emang gue selalu error sih.
Pertama: Gue jatuh cinta lagi.
Sama siapa????
Wualatala?
Sama Pierre Bouvier. Ya, Pierre Bouvier.

Lo gilaaa?
Sumpah gue jatuh cinta. Ini namanya cinta. Gue jatuh cinta sama Pierre Bouvier.
Jadi ceritanya gini, tanggal 16 januari 2012 gue diajak Rana temen gue yang imudh buat ngejar Simple Plan, band kesukaan kita, yang bakal manggung besok harinya ke hotel Sultan. Tadinya gue agak ragu nih, soalnya gue juga lagi ada urusan pulang sekolah hari itu. Tapi pada akhirnya gue memutuskan untuk memberanikan diri berbohong-bohong dikit sama Bu Chamidah yang waktu itu lagi jaga piket dan berhasil menembus pager sekolah pas banget sebelum istirahat kedua selesai.

Akhirnya dengan bergaya ala murid yang bolos sekolah (*emang), kita naek Busway menuju senayan. Dengan keringat dan bau bunga tujuh rupa yang menempel di tubuh kita, kita memberanikan diri menyusuri kota jakarta yang terik.
Akhirnya!!! Kita sampai di hotel Sultan. Dengan gerakan khas ninja kita berhasil memasuki hotel mewah tersebut tanpa terhadang satpam sedikitpun. Akhirnya kita masuk ke lobi. Dan benar saja, di lobi sudah terlihat beberapa fans Simple Plan yang menunggu dengan muka harap-harap cemas. Akhirnya gue sama Rana bergabung bersama mereka.
Gak sampe satu jam kemudian, kita melihat sebuah Shuttle Bus warna silver berhenti di depan lobi. Dan bener aja, para personil Simple Plan turun dari kendaraan tersebut. Gue, Rana dan para fans lainnya langsung mendekati pintu masuk. Bisa gue liat dengan mata kepala gue sendiri, dia disana, Pierre Bouvier disana. Berdiri dengan satu tangan memegang tas. Gue langsung diem dan tercengang dikala para cewek laen mulai berisik. Rasanya gue baru aja ngeliat malaikat turun dari surga (HALAH!).
Tapi gue sadar lagi ketika Jeff Stinco masuk ke lobi hotel. Kita para cewek-cewek desperate langsung menyapanya "JEEEEFFFFF!!!". Dengan ramah si botak seksi tersebut menyapa kita balik. Dengan berebutan kami para cewek meminta tanda tangan dan foto bareng sama si Jeff. Gue sama Rana dengan muka polos bilang "I skipped school for you!" dan si Jeff jawab "You're bad giirrls!". Dengan sumringah kita senyam-senyum.

Dan begitulah selanjutnya bergantian para personil memasuki lobi hotel. Sampai akhirnya, tiba-tiba Rana narik tangan gue. Dan hampir tidak kita sadari bahwa Pierre Bouvier, sang vokalis imut itu udah berhasil masuk ke dalam hotel lewat pintu keluar. Untung aja Rana cepet liat, kalo enggak gue gak akan bisa bertatapan langsung sama suami masa depan gue itu.
Akhirnya, Rana berpose mesra sama si Pierre dan gue memegang kamera. Setelah Rana selesai di foto, tadinya gue mau foto, tapi ragu, soalnya muka Pierre udah capek banget dan para bodyguard udah rese banget, tapi Thank God! Rana mendorong badan gue kearah Pierre. Gue geleng-geleng ragu. Tapiii!! Tapiii!! Tanpa gue sangka Pierre langsung menyentuh bahu gue dan mengajak gue berpose di depan kamera. Kejadian itu terjadi kayak kilat. Cepet banget. Gue sempet gak sadar apa yang baru aja terjadi. Pierre Bouvier, idola gue sejak SMP meraih bahu gue dan foto sama gue disaat gue udah ragu dan para bodyguard udah rese?!! Pierre Bouvierr!!

Dan sejak saat itu lah, gue tau gue jatuh cinta sama dia. Jatuh cinta lagi setelah sekian lama. Dia gak cuma ganteng, tapi dia rendah hati, dan ganteng, dan seksi, dan bikin ngences.
I LOVE YOU PI!
Dan yang kedua adalah:
Kurang dari dua bulan gue dan semua temen-temen seangkatan gue akan lulus dari sekolah menengah atas. Mau gak mau kita masing-masing harus memisahkan diri dan menjalani tapak kehidupan selanjutnya.

Tapi, gue bertanya-tanya, apakah gue udah tau apa yang selanjutnya akan gue lakukan. Gue mau jadi apa?
Oke. Gue curhat lagi.
Sedari dulu orang tua gue selalu menanamkan di otak gue bahwa gue akan tumbuh besar menjadi seorang diplomat. Mereka meyakinkan gue akan cocok berkecimpung di dunia diplomasi. Oke. Gue terima. Diplomat bukanlah sesuatu pekerjaan yang payah dan membosankan. Lagi pula dari dulu gue emang selalu pengen keliling dunia. Melihat sisi lain dari "dunia" yang selama ini gue tinggalin.

Tapi perubahan terjadi. Ketika gue duduk di bangku SMP, gue mulai menyukai segala sesuatu yang berbau Politik. Semua itu dikarenakan musik-musik punk yang mulai gue dengerin pada waktu itu. Lirik-lirik lagu yang menyenggol Politik seperti lirik-lirik lagu Greenday dan Anti-Flag membuat gue tertarik kepada dunia politik yang bobrok, dan bermimpi untuk terjun kedalamnya dan membenahinya.

Oke. Politik. Kata gue.... Tapi, perubahan terjadi lagi. Ketika gue mulai menduduki bangku SMA, gue mulai tumbuh menjadi sesosok remaja yang apatis dan tidak peduli terhadap dunia perpolitikan. Bagaimana gue bisa jadi seorang politikus kalo gue apatis? Gue mencoba benerin diri gue. Mencoba balik ke jalan mimpi gue sebelumnya. Dunia politik.
Tapi gue menyerah. Gue emang gak cocok di dunia politik. Bagaimana gue bisa berkecimpung di dalam suatu hal yang gue sama sekali gak peduli dan muak akan hal tersebut? Di mata gue dunia politik udah jadi lingkaran setan dimana semua orang menghujatnya dan udah gak ada lagi solusi buat membenahi dunia politik di Indonesia maupun dunia yang udah gelap dan buta akan tahta.
Akhirnya, gue membelokkan pikiran. Mencoba mencari apa sebenarnya tujuan hidup gue. Apa yang gue inginkan? Gausah muluk-muluk. Gausah mimpi jadi presiden. Sesuatu yang sederhana tapi bermakna bakal lebih cocok buat gue.
Dan ketika suatu saat gue tau apa yang gue mau. Yang gue mau cuman menciptakan sesuatu yang bisa bikin kehidupan orang-orang jadi lebih baik. Dan sejenak gue berkiblat kepada musisi-musisi terdahulu. The Beatles, Nirvana, Metallica. Mereka bukan presiden. Mereka bukan petinggi agama. Mereka bukan diplomat. Tapi mereka udah menginspirasi kehidupan orang banyak. Mereka berhasil menciptakan sesuatu yang menyelamatkan orang banyak dari rasa sendirian, putus asa. Bukan dengan kekuasaan mereka, namun dengan pikiran-pikiran mereka yang mereka tuangkan dalam seni-seni mereka.

Dan diujung cerita, akhirnya gue memutuskan gue gak akan menjadi seorang politikus atau diplomat. Gue akan nyebur ke dunia seni.
Eits! Bukan seni seperti yang lo semua pikirin. Gue gak kanjadi musisi, gue gak akan jadi pematung, gue gak akan jadi pelukis. Gue mau jadi seorang Jurnalis.
Ya Jurnalis.

Jurnalisme memang gak bisa digolongkan ke dalam dunia seni. Tapi seni ada di dalam jurnalisme. Seni mengungkapkan pendapat, seni memandang kehidupan, seni untuk merubah keadaan.
Dan gue sadarin, bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini bergantung pada jurnalisme. Tanpa adanya jurnalisme, tidak akan ada pers, media massa, berita-berita, kabar-kabar baik dan buruk, tidak akan ada koran, majalah, televisi. Para selebriti dan pesohor bangsa akan merasa senang karena gak akan ada lagi yang akan menyebarkan cerita buruk tentang kehidupan mereka. Tidak akan ada lagi ulasan karya seni. Tidak akan ada lagi ilmu.
Itu menurut gue sih.
Tapi, gue galau.
Gue takut di tengah-tengah perjuangan gue mengejar dunia jurnalisme, gue berubah pikiran lagi. Gue tersesat lagi. Gue jadi lebih apatis, bukan cuman buat dunia politik, tapi buat semuanya.
Tapi gue tau, perubahan kecil ato gede pasti bakal terjadi di dalam pikiran gue.
Kemaren gue bilang gue gabisa jatuh cinta lagi, sekarang gue jatuh cinta sama Pierre. Kan bingung ya??
Yaudah lah. Nikmatin aja. Hidup kalo galau mulu gak akan bahagia. Intinya gue mau Oreo jeruk (LAH?).
Dah semuanya.
See you on the next post!